Kali ini mau nulis tentang bola kaki dulu. Walau gak suka dengan olah raga ini, tapi sekali-kali juga suka dengar-dengar topik bola kaki, kayaknya malu-malu kucing gitu deh ngakuin ngikutin bola kaki, tapi gengsian gitu, hehehe, maklum bola kaki di Indonesia masih belum dewasa permainannya. Ya sudah, saya makan kue dulu ya... ntar disambung lagi nulisnya (40 menit). Teng neng....selesai makannya, tulis aja deh sebagai informasi buat teman-teman blogger sebagai informasi, agar tidak ketinggalan.
Kabarnya Indonesia akan mendaftarkan diri sebagai tuan rumah dalam liga FIFA world cup pada 2022 dengan mengusung tema "Green world cup" alias bola dunia hijau, taik kerbau kali hijau,,,heheheh. Eh..eh..eh..gak boleh gitu, serius lagi ah. Tentunya diharapkan bahwa piala dunia 2022 (jika Indonesia terwujud menjadi tuan rumah) akan menjadikan piala dunia yang ramah lingkungan yang dapat memberikan sesuatu bagi planet ini. Namun kenyataannya benarkah peluang Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia seindah tema piala dunia tahun 2022 yang diajukan PSSI??
Mungkin-mungkin saja sih Indonesia jadi tuan rumah. Tahun 2007, FIFA mengganti peraturan rotasi atau perputaran tuan rumah piala dunia. Sebelumnya, piala dunia selalu digilir selang seling antara negara-negara Eropa dan negara-negara non-Eropa. Agar perputaran lebih merata maka sejak 2007 FIFA merubah peraturan perputaran atau penggiliran tuan rumah piala dunia. Negara-negara yang boleh mendaftar menjadi tuan rumah piala dunia tidak boleh berasal dari benua yang sama dengan negara-negara yang sudah menjadi tuan rumah piala dunia sebelumnya dan yang sebelumnya lagi. Contoh: Jerman sudah menjadi penyelenggara Piala Dunia 2006 lalu, maka seluruh negara-negara Eropa dilarang mendaftar menjadi calon tuan rumah piala dunia 2010 dan 2014. Afrika Selatan yang menjadi tuan rumah piala dunia 2010, maka seluruh negara-negara Afrika dilarang mendaftar menjadi calon tuan rumah piala dunia 2014 dan 2018. Sedangkan Brasil yang akan menjadi tuan rumah piala dunia 2014, menjadikan seluruh negara-negara Amerika Selatan dilarang untuk mendaftar menjadi tuan rumah piala dunia 2018 dan 2022. Begitu seterusnya.
Intinya, di Asia Tenggara belum pernah dijadikan tempat tuan rumah. Tapi kita balik mikir, apa mungkin Indonesia dipilih dibandingkan dengan negara malaysia, singapura, vietnam, atau negara asia lainnya seperti korea, dan de el el nya. Terlalu berat untuk mengatakan terwujudnya, begitu banyak masalah negara ini, begitu banyak yang perlu dibenahi dalam birokrasi kita ini, tak terkecuali bidang sepak bola, yang sering kali dijadikan lahan uang.
Yang diperlukan untuk mewujudkan itu semua diperlukan orang-orang yang bernasionalisme tinggi, bukan menjadikan lahan uang bagi pengelolalnya. Adanya jaminan kelayakan hidup bagi pemainnya dan adanya kerja sama dan satu suara untuk menyatakan kegegehannya, mengantar Indonesia layak menjadi tuan rumah dan menjadi pemain berkelas dunia.
Ciptakanlah image positif di bidang olah raga bola kaki di Indonesia. Jangan ada lagi pemain-pemain yang asik mengejar wasit, jangan ada lagi perkelahian tiap pertandingan. Yang terpenting bagaimana mencipta pemain-pemain yang dewasa, yang mampu berpikir lebih maju dan penuh optimis keyakinan. Main bola kaki itu tak hanya otot yg kuat, bukan saja otak kosong melompong yang dipakai, tapi butuh strategi dan emulsion di otak untuk menyiapkan strategi (EQ).
Hem,,, harap-harap deh Indonesia mewujudkan itu semua. Moga Pak Malangeng bisa mengobarkan semangat pemuda-pemuda Indonesia untuk mencintai bidang olahraga bola kaki. Sehingga adanya keberlanjutan regenerasi yang mencintai bola kaki dan siap berdiri tegak di 2022 nanti, mengantarkan Indonesia menjadi negara yang layak dinobatkan "Indonesia juga bisa". Semoga...!!!
Untuk membaca berita ini, kunjungi blog pribadi saya di http://misriadi.blogspot.com/
Di tulis oleh : Misriadi Mahdi
Mungkin-mungkin saja sih Indonesia jadi tuan rumah. Tahun 2007, FIFA mengganti peraturan rotasi atau perputaran tuan rumah piala dunia. Sebelumnya, piala dunia selalu digilir selang seling antara negara-negara Eropa dan negara-negara non-Eropa. Agar perputaran lebih merata maka sejak 2007 FIFA merubah peraturan perputaran atau penggiliran tuan rumah piala dunia. Negara-negara yang boleh mendaftar menjadi tuan rumah piala dunia tidak boleh berasal dari benua yang sama dengan negara-negara yang sudah menjadi tuan rumah piala dunia sebelumnya dan yang sebelumnya lagi. Contoh: Jerman sudah menjadi penyelenggara Piala Dunia 2006 lalu, maka seluruh negara-negara Eropa dilarang mendaftar menjadi calon tuan rumah piala dunia 2010 dan 2014. Afrika Selatan yang menjadi tuan rumah piala dunia 2010, maka seluruh negara-negara Afrika dilarang mendaftar menjadi calon tuan rumah piala dunia 2014 dan 2018. Sedangkan Brasil yang akan menjadi tuan rumah piala dunia 2014, menjadikan seluruh negara-negara Amerika Selatan dilarang untuk mendaftar menjadi tuan rumah piala dunia 2018 dan 2022. Begitu seterusnya.
Intinya, di Asia Tenggara belum pernah dijadikan tempat tuan rumah. Tapi kita balik mikir, apa mungkin Indonesia dipilih dibandingkan dengan negara malaysia, singapura, vietnam, atau negara asia lainnya seperti korea, dan de el el nya. Terlalu berat untuk mengatakan terwujudnya, begitu banyak masalah negara ini, begitu banyak yang perlu dibenahi dalam birokrasi kita ini, tak terkecuali bidang sepak bola, yang sering kali dijadikan lahan uang.
Yang diperlukan untuk mewujudkan itu semua diperlukan orang-orang yang bernasionalisme tinggi, bukan menjadikan lahan uang bagi pengelolalnya. Adanya jaminan kelayakan hidup bagi pemainnya dan adanya kerja sama dan satu suara untuk menyatakan kegegehannya, mengantar Indonesia layak menjadi tuan rumah dan menjadi pemain berkelas dunia.
Ciptakanlah image positif di bidang olah raga bola kaki di Indonesia. Jangan ada lagi pemain-pemain yang asik mengejar wasit, jangan ada lagi perkelahian tiap pertandingan. Yang terpenting bagaimana mencipta pemain-pemain yang dewasa, yang mampu berpikir lebih maju dan penuh optimis keyakinan. Main bola kaki itu tak hanya otot yg kuat, bukan saja otak kosong melompong yang dipakai, tapi butuh strategi dan emulsion di otak untuk menyiapkan strategi (EQ).
Hem,,, harap-harap deh Indonesia mewujudkan itu semua. Moga Pak Malangeng bisa mengobarkan semangat pemuda-pemuda Indonesia untuk mencintai bidang olahraga bola kaki. Sehingga adanya keberlanjutan regenerasi yang mencintai bola kaki dan siap berdiri tegak di 2022 nanti, mengantarkan Indonesia menjadi negara yang layak dinobatkan "Indonesia juga bisa". Semoga...!!!
Untuk membaca berita ini, kunjungi blog pribadi saya di http://misriadi.blogspot.com/
Di tulis oleh : Misriadi Mahdi
No comments:
Post a Comment