Sunday, May 31, 2009

Mengenali Sosok Megawati Sang Calon Presiden 2009

Editor : Misriadi

Tulisan ini dibuat untuk mengenalai sosok sang calon presiden 2009. Ada 3 nama yang menjadi kandidat Presiden dan salah satu kandidat Presiden itu adalah Megawati Soekarno Putri. Tulisan ini dimuat untuk melihat profil Megawati, agar masyarakat mengenali sang calon presiden. Tentunya untuk edisi berikutnya, juga akan dibuat calon-calon presiden lainnya. Berikut ini adalah profile Megawati sementara.




Biodata Mega:

Nama Populer : Megawati Soekarnoputri

Nama Lengkap : Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri

Tempat /Tanggal Lahir : Yogyakarta (Indonesia), 23 Januari 1947 (62 tahun)

Jabatan Tertinggi : Presiden Republik Indonesia ke-5 (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)

Agama : Muslim

Hobi : Mencintai suasana alam (seperti bercocok tanam/bunga, melihat keindahan suasana -suasana baru)

Suami : Taufik Kiemas (menikah pada Maret 1973)

Anak : 1. Mohammad Rizki Pratama

2. Mohammad Prananda

3. Puan Maharani

Rumah : Jalan Kebagusan IV No. 45, Jagakarsa - Jakarta Selatan (Indonesia)

Partai Politik : PDI Perjuangan (PDI-P)


Perjalanan Pendidikan Megawati :

1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)

2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)

3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)

4. Fakultas Pertanian Padjadjaran (UNPAD) Bandung (1965-1967), (tidak selesai)

5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)


Kehidupan Pribadi Megawati :

Dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu dimana Soekarno dahulu diasingkan pada masa penjajahan Belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.

Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947) adalah Presiden Indonesia dari 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita pertama dan presiden kelima di Indonesia. Namanya cukup dikenal dengan Megawati Soekarnoputri. Pada 20 September 2004, ia kalah dalam tahap kedua pemilu presiden 2004. Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia adalah Wakil Presiden. Megawati adalah presiden pertama dalam sejarah Indonesia yang turun takhta secara terhormat.

Megawati pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).

Karir politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria asal Mesir yang tampan, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufik Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.

Karir Politik Megawati :


Awal

Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Kehidupan yang erat dengan suasana politik inilah secara tidak langsung membentuk karakter Megawati sebagai orang berpolitik.

1965

Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).


1986

Pergantian tampuk pimpinan pemerintahan Indonesia. Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat.Karir politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI.


1993

Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI.


1996

Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro.

Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman Sudjatmiko mendekam di penjara.

Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega.

1997

Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah “Mega Bintang”. Mega sendiri memilih golput saat itu.


1999

Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi.

Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara.

2001

Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI.


2004

Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40% – 60%) dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya.

Prestasi dan Karir:

----------------------

-Bersama Gus Dur, Amien Rais, dan Sultan Hamengkubuwono X, menjadi deklarator Ciganjur, penggerak reformasi
- Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
- Anggota DPR/MPR RI (1992-1997)
- Anggota DPR/MPR RI (1999-2004)
- Wakil Presiden (1999-2001)
- Presiden RI (2001-2004)
- Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
- Ketua PDI Cabang Jakarta Pusat (1987-1992)
- Ketua Umum DPP PDI (1993-1998)
- Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (1998-2003)
- Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (2003-sekarang)

No comments:

PUSTAKA KITA

> MISRIADI BLOG
> OKEZONE
> GAME ONLINE FULLY
> DETIK
> BLOG TARGET
> VIVA NEWS
> DESIGN BLOG
> BIRU BLOG
> LOGO BLOG
> BLOG BASIS BAHASA
> HTML BLOG
> SENIOR BLOG PANUTAN
free counters



website design