Wednesday, May 27, 2009

SBY “Dikerjain” Partai Koalisinya

[ rakyatmerdeka.co.id Rabu, 27 Mei 2009, 00:23:35 ]Kesetiaan partai koalisi Demokrat patut dipertanyakan. Soalnya, di DPR, kemarin, partainya SBY “dikerjain” oleh Golkar, PPP, PAN dan PKB. Mereka menyetujui usulan hak angket tentang kisruhnya DPT atau Daftar Pemilih Tetap.

Syarif Hasan, Ketua Fraksi De­mokrat di DPR merasa dikhianati. Ka­rena itu, dia “mencak-mencak” dan berniat mengaku kepada pim­pinan Partai Demokrat. Sementara wa­jah Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Ku­molo malah sebaliknya. Dia terlihat senyum terus dan berseri-seri karena usulan fraksinya didukung mayoritas fraksi di DPR.

“Saya kecewa berat dengan Gol­kar. Katanya solid mendukung pe­me­rintah dan selalu berada di depan mem­­bela pemerintah, ternyata tidak kon­sisten. PPP juga mengecewakan, PAN dan PKB juga,” tegas Syarief Ha­san, usai rapat paripurna di gedung DPR, kemarin.

Kenyataan pahit itu, kata dia, me­rupakan pelajaran bagi Demokrat ke de­­pan. Yang namanya koalisi, ha­rus­nya pegang komitmen tapi nyatanya ti­­dak ada. “Demokrat akan lakukan eva­luasi, saya akan lapor pada ketua umum tentang kondisi koalisi yang sekarang,” kata Syarief.

Dalam rapat paripurna kemarin, hanya empat fraksi yang menyatakan tidak setuju dengan penggunaan hak angket DPT yakni Demokrat, PKS, PBR dan PDS. Sedangkan enam fraksi lain­nya menyetujui, yaitu Golkar, PDIP, PPP, PAN, PKB dan BPD. Setelah di­voting, hasilnya, dari 203 anggota DPR yang hadir, 129 orang setuju angket, 73 tidak setuju dan satu orang abstain.

Usulan hak angket tentang DPT di­suarakan oleh Fraksi PDIP. Jubir Fraksi PDIP Hasto Kristianto yang juga ini­sia­tor hak tersebut mengatakan, per­setujuan harus dimaknai sebagai bentuk penyelamatan demokrasi di Indonesia. “Ini menjadi prasasti penting agar pe­merintah dan KPU benar-benar me­nya­dari bahwa apa yang mereka lakukan ada­lah pelecehan atas hak warga negara yang seharusnya dilindungi,” kata Hasto.

Syarif Hasan menyesalkan sikap frak­si-fraksi DPR yang menyetujui ang­ket DPT. Soalnya, masalah DPT ha­rusnya menjadi tanggung jawab KPU, bukan pemerintah. Jadi, secara substan­si, salah kalau masalah itu dimintakan per­tanggungjawabannya kepada pe­merintah.

Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo me­nyatakan, pemerintah tetap harus bertanggung jawab terhadap manipulasi data hak pemilih. Ia merasa bangga usulan hak angket yang dipelopori frak­sinya disetujui DPR.

Menurut Tjahjo, data pemilih pemilu legislatif 2009 asalnya dari pemerintah. Kalau angket DPT untuk menyelidiki penyimpangan itu disetujui DPR, maka secara politis, DPR telah sepakat bahwa hak pilih rakyat dimanipulasi.

“Setelah persetujuan ini, DPR akan bentuk Pansus Hak Angket DPT dan akan memanggil pihak-pihak yang ber­kompeten, mulai dari presiden hing­ga lurah bisa kita panggil, kalau pemerin­tah tak bisa mempertanggungjawabkan ya bahaya,” tegas Tjahjo.

Bukankah sebentar lagi DPR hasil pemilu 2004 bubar? Tjahjo langsung me­­nukas, “Hak ini harus jalan terus. Mes­­kipun masa bakti berakhir Oktober, tapi kalau penyelidikannya belum se­le­sai harus dilanjutkan oleh DPR hasil pe­milu 2009.”

Masalah kisruh data pemilih, kata­nya, bukanlah hal bisa yang di­anggap remeh dan dipandang sebagai per­soalan teknis administratif semata. Daftar pe­mi­lih adalah daftar rakyat yang ber­dau­lat. Karenanya, penghilangan hak me­­milih, lebih-lebih terjadi secara sis­te­mik dan masif, adalah pelanggaran konsti­tusi yang tidak bisa dibiarkan.

Namun PPP merasa nggak ber­mak­sud “mengerjai” SBY dan De­mokrat. Me­reka juga tak mau disebut telah meng­khianati koalisi.

“Tidak benar (pengkhianatan). Saya te­kankan, kami memang partai adem ayem tapi kami konsisten menjalankan amar maruf nahi munkar. Kita juga ti­dak pernah main di dua kaki, karena me­mang tidak ada hubungannya men­du­kung SBY dengan hak angket DPT,” kata anggota DPR dari Fraksi PPP Epyardi Asda.

Dia menegaskan, alasan partainya men­dukung hak angket untuk men­ja­lan­kan amar ma’ruf nahi munkar. “Kita te­tap mendukung SBY pada Pilpres 2009, tetapi dalam menjalankan pe­me­rin­tahan yang baik dan benar kita men­ja­lankan amar maruf nahi munkar,” te­gasnya.

Epyardi mengatakan, partainya me­li­hat ada hak konstitusi, hak rakyat yang di­langgar. PPP komitmen menjalankan amalan yang benar itu benar yang salah itu salah. Artinya dukungan terhadap SBY jalan terus tapi bukan berarti me­ngabaikan yang benar.

Menurutnya, persoalan DPT bu­kan­lah kesalahan SBY karena ini berkaitan de­ngan pemerintah termasuk juga JK di dalamnya. Dia membantah kalau du­kung­an PPP terhadap hak angket di­ang­gap sebagai pengkhianatan terhadap koalisi.

Sementara, anggota Fraksi PAN Sa­yuti Assyathri menyatakan partainya se­tuju sebagai bukti sikap partainya tetap kri­tis. “Kita tetap memperjungkn agen­da de­mokrasi, dimanapun, PAN ber­koa­lisi, si­kap kritis tidak pernah hilang. Ini me­­nunjukan koalisi tidak pernah mem­buat PAN tersandera memperjuangkan ke­pentingannya,” kata Sayuti.

Kata anggota Komisi II itu, kla­ri­fikasi kisruhnya data pemilih sangat di­perlukan untuk menjamin kualitas pil­pres mendatang.

“Koalisi tidak akan terganggu, kita ha­rus memaknai secara profesional. Koalisi tidak berdasarkan prinsip yang me­lemahkan, tapi harus saling mem­buat legitimasi,” katanya.

Anggota Fraksi PAN lainnya, Didik J Rachbini menyatakan hak angket merupakan hak bertanya dan itu biasa. Jadi, fraksinya menerima bukan sebagai bukti penentangan, tapi proses politik. HPS/DHN/WHY

No comments:

PUSTAKA KITA

> MISRIADI BLOG
> OKEZONE
> GAME ONLINE FULLY
> DETIK
> BLOG TARGET
> VIVA NEWS
> DESIGN BLOG
> BIRU BLOG
> LOGO BLOG
> BLOG BASIS BAHASA
> HTML BLOG
> SENIOR BLOG PANUTAN
free counters



website design