Saturday, May 30, 2009

Sby Lancarkan Simpati, Seolah2 Selalu Tertindas

Semarak promosi Capres 2009 semakin memanas. Berbagai strategi mulai dilancarkan oleh para capres 2009. Isu kegagalan pemerintahan yang sedang berjalan menjadi ladang manis arena promosi para capres. Dua orang capres yang akhir-akhir ini tercatat paling aktif dalam kegiatan mengkritik pemerintahan adalah Megawati dan Rizal Ramli. Analisa tentang sosok Megawati yang akhir-akhir ini terkenal dengan slogan “yoyo dan gasing” telah dikupas oleh rekan Atur Toto Sulistyanto di KabarIndonesia edisi 7 Feb. 2009. Sehingga sebagai sesama Pewarta KabarIndonesia pada artikel kali ini saya mencoba mengkaji sosok Rizal Ramli sebagai tokoh yang sering memberikan kritik tajam terhadap pemerintah . Dengan bernaung di bawah bendera KBI Rizal Ramli mulai merintis jalan menuju jabatan Presiden RI periode 2009-2014. Di dunia pemerintahan nama Rizal Ramli bukanlah suatu nama yang baru. Beberapa kali Rizal Ramli menduduki posisi strategis di dalamnya.

Gaya kepemimpinan yang kuat dan tegas, keberanian mengambil keputusan untuk persoalan yang pelik, dan kemampuan memecahkan masalah yang ditunjukkan selama memimpin Bulog, dilanjutkan Rizal Ramli ketika menempati pos Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Tugas dan tanggung jawabnya kian berat, karena problem yang dihadapi lebih kompleks, yaitu membangkitkan ekonomi Indonesia yang hancur akibat krisis ekonomi yang mendera sejak tahun 1997/1998.

Rizal Ramli bukan cuma piawai menjalankan langkah terobosan dalam memecahkan problem ekonomi, dia juga memiliki kemampuan diplomasi yang mumpuni di forum internasional. Ketika memimpin delegasi RI pada CGI Meeting di Tokyo 17-18 Oktober 2000, misalnya. Dia berhasil meyakinkan negara kreditor untuk memberi pinjaman sebesar US$5,3 miliar. Jumlah itu terdiri atas US$4,8 miliar pinjaman lunak dan grant & technical assistance senilai US$530 juta. Nilai hibah (grant) tersebut merupakan nilai tertinggi selama hubungan Indonesia dengan CGI. Padahal, saat itu Indonesia tengah mendapat sorotan tajam dunia internasional terhadap kasus Atambua. Di dalam negeri, banyak yang meragukan kemampuan Rizal Ramli karena tidak menyertakan Widjojo Nitisastro yang dimitoskan memiliki jaringan dan pengaruh sangat besar di kalangan negara kreditor. Tentu saja Rizal Ramli tidak mau menyertakan Widjojo karena merupakan “kepala suku” Mafia Berkeley yang selama belasan tahun menjadi sasaran kritiknya.

Dari data di atas dapat kita simpulkan sosok figur Rizal Ramli memiliki modal yang cukup untuk menjadi capres 2009. Latar belakang pendidikan serta pengalamannya duduk di pemerintahan menjadikan Rizal Ramli sebagai capres 2009 yang layak di perhitungkan.

Sebagai sosok manusia Rizal Ramli juga memliki celah kelemahan, dan hal ini dapat menjadi duri penghalang dalam perjuangannya menuju kursi Presiden RI.

Di samping kemampuan akademis, tingkat pengendalian emosi dan arogansi menjadi titik penilaian publik dalam menentukan seorang Calon Presiden periode 2009-2014. Dalam sisi inilah Penulis mencoba mengkaji figur Rizal Ramli sebagai Capres 2009.

Strategi yang digunakan oleh Rizal Ramli untuk meraih simpati publik menggunakan 2 sistim:

Pertama : Membangun opini publik seolah-olah dirinya berada dalam pihak tertindas.

Kedua : Membuat kritik keras untuk pemerintahan SBY.

Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi JTV, dengan bangganya Rizal Ramli menyebut dirinya sebagai pihak yang tertindas. Khususnya oleh Presiden SBY. Lebih jauh dia mengatakan bahwa apa yang menimpa dirinya sama seperti yang dialami SBY saat pertama kali mendeklarasikan diri sebagai Capres. Kala itu SBY ditindas serta dilecehkan oleh Megawati selaku Presiden RI, tapi pada akhirnya SBY justru terpilih sebagai Presiden RI mengalahkan Megawati. Hal yang sama juga akan terjadi pada dirinya. Demikian Rizal Ramli mengungkapkan saat wawancara dengan JTV.

Menanggapi masalah ini penulis membuat sebuah analisa sebagai berikut:

Posisi Rizal Ramli saat ini berbeda dengan posisi SBY saat mendeklarasikan diri sebagai Capres. Dengan tegas Megawati menyebut dia sebagai Jenderal yang kekanak-kanakan. Atas kondisi ini beberapa kalangan menganggap SBY sebagai pihak yang tertindas. Dan layak untuk mendapat dukungan. Jadi jelas bahwa pihak ke 3 yang menyebut SBY sebagai pihak tertindas. Sedang SBY tidak pernah berteriak bahwa dia dalam posisi tertindas. SBY tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang bersifat pembalasan dan arogansi atas perkataan Megawati. Berbeda dengan apa yang dilakukan ole Rizal Ramli pada saat ini. Hampir disetiap kesempatan dia selalu berteriak menyebut dirinya sebagai orang yang tertindas, dengan harapan orang akan menaruh iba dan memberikan dukungan terhadap dirinya. Suatu kondisi yang sangat berlawanan dengan apa yang dialami ole SBY.

Sikap Rizal Ramli dalam menghadapi panggilan Mabes Polri atas dugaan keterlibatannya dalam kasus demo harga BBM semakin menunjukkan kekerdilan jiwanya. Dengan penuh kegemparan dan arogansi dia menyebut Presiden SBY sebagai pihak yang merekayasa pemanggilan dirinya. Suatu sikap yang sangat jauh dari karakter seorang Intelektual. Sebagai seorang intelektual seharusnya dia tidak perlu berteriak kesana kemari menyebut pemanggilan Mabes Polri sebagai suatu rekayasa. Apabila ada bukti keterlibatan SBY atas pemanggilan dirinya seharusnya Rizal Ramli mengadakan tuntutan balik terhadap SBY. Mengapa Rizal Ramli tidak menuntut balik ? Jawabnya sudahjelas bahwa dia sama sekali tidak memiliki bukti keterlibatan SBY dalam kasus pemanggilan dirinya. Semua hanya strategi Rizal Ramli untuk memperoleh simpati dan dukungan publik sebagai orang tertindas.

Rencana pemberian gelar DR.HC kepada presiden SBY juga tidak lepas dari komentar sinis Rizal Ramli. Dia menyebutkan bahwa SBY tidak berhak mendapat gelar tersebut dikarenakan SBY tidak memiliki kontribusi dalam IPTEK. Komentar atau sebuah pernyataan serupa selayaknya Rizal Ramli lontarkan terhadap pihak ITB selaku pihak yang mempunyai rencana pemberian gelar DR.HC. Apa sebenarnya latar belakang pemberian gelar DR.HC terhadap presiden SBY. Tetapi sentimen pribadi telah membuat Rizal Ramli salah arah dalam membidikkan anah panah politiknya.

Dari berbagai sikap Rizal Ramli yang penulis sebutkan serta penulis analisa nampak sekali kekerdilan jiwa Rizal Ramli. Hasil survey mayoritas menempatkan SBY di urutan teratas serta Megawati diurutan ke 2. Hal ini menyebabkan kegentaran dan kecemasan yang berlebihan bagi Rizal Ramli. Sehingga berbagai cara dilakukan untuk menjatuhkan reputasi SBY. Tetapi masayarakat semakin sadar dan lebih mampu membaca sesuatu di balik fakta dan perkataan seorang politikus seperti Rizal Ramli. Sehingga masyarakat justru memiliki pandangan bahwa SBY lah sebenarnya yang berhak di sebut pihak teraniaya dan tertindas oleh perlakuan dan kecaman Rizal Ramli yang sering kali tidak disertai data yang akurat.

Posisi SBY sebagai pihak yang tertindas lebih mendekati kebenaran dengan melihat fakta sbb:

1. Tanpa bukti dan data yang akurat Rizal Ramli menuduh SBY sebagai dalang atas pemanggilan dirinya oleh Mabes Polri.
2. Tuduhan bahwa SBY menjegal Rizal Ramli dalam proses pencalonan sebagai Presiden RI juga tidak didasari oleh bukti yang kuat, Rizal Ramli hanya menggunakan naluri seorang politikus bukan seorang negarawan.
3. Komentar atas penganugerahan gelar DR.HC kepada SBY lebih bersifat cibiran bahkan mengarah pada penghinaan terhadap SBY.
Dari sudut strategi pemenangan Capres 2009 SBY tidak akan menjegal Rizal Ramli, karena hal tersebut hanya akan membuang energi bagi pihak SBY. Untuk apa Rizal Ramli dijegal, tanpa dijegalpun perolehan suara Rizal Ramli pada Capres 2009 akan jauh dibawah SBY. Bahkan untuk tanding perolehan suara melawan Megawati dan Yusuf Kala Rizal Ramli tidak akan mampu.


SBY mantan seorang militer, pemetaan kekuatan lawan bukan hal yang baru baginya. pengaturan strategi mencapai kemenangannya hanya akan dilakukan terhadap Capres yang memiliki peringkat tidak jauh darinya. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa Megawati dan PDIP nya yang akan menjadi target utama bagi SBY.

Menyikapi sikap arogansi Rizal Ramli penulis teringat akan perkataan Mario Teguh yang pada intinya bermakna “Jangan engkau mencoba membangun citra dirimu dengan menghancurkan citra orang lain, karena citramulah yang akan hancur pertama kali.”
Akhirnya keputusan ada di tangan rakyat. Siapa yang sebenarnya lebih tepat untuk memimpin negeri ini.

Referensi : Kabar Indonesia

No comments:

PUSTAKA KITA

> MISRIADI BLOG
> OKEZONE
> GAME ONLINE FULLY
> DETIK
> BLOG TARGET
> VIVA NEWS
> DESIGN BLOG
> BIRU BLOG
> LOGO BLOG
> BLOG BASIS BAHASA
> HTML BLOG
> SENIOR BLOG PANUTAN
free counters



website design