Barusan saya menyaksikan breaking News Metro TV bahwa Helikopter Puma Super Puma SA 330 seri H-3306 milik TNI AU jatuh di sekitar Lanud Atang Sanjaa, Bogor-Jawa Barat pada 12 Juni 2009 pukul 14.10 WIB. Helikopter ini merupakan jenis helikopter angkut/serbaguna. Ada 7 orang yang ikut dalam penerbangan ini, yakni 2 awak dan 5 penumpang lainnya. Disebutkan bahwa helikopter ini sedang uji terbang (test flight) atau baru saja mendapat maintenance. Pilot helikopter ini adalah Mayor Penerbang Sobij dan Co-Polit Lettu Penerbangan Wisnu. Dari 7 orang penumpang, 2 orang teknisi tewas di tempat yakni Serka Dodi dan Serka Catur Heri, dua orang meninggal di rumah sakit, dan 3 lagi masih di rawat dalam kondisi yang masih belum diketahui.
Belum 1 minggu yang lalu, yah.. baru 4 hari yang lalu pesawat TNI AD yang membawa perwira Koppasus tewas dalam kecelakaan di Bogor. Padahal, evakuasi helikopter
Daftar kecelakaan pesawat TNI AU sepanjang tahun 2009 ini:
- 6 April 2009 : Pesawat Fokker 27 TNI AU jatuh di Bandara Husein S Bandung dan menewaskan 24 orang .
- 11 Mei 2009 : Pesawat Hercules 130 B TNI AU mengalami kecelakaan di landasan pacu Bandar Udara Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua. Satu orang luka berat.
- 20 Mei 2009 : bertepatan dengan 101 Tahun Kebangkitan Nasional, Pesawat Hercules C-130 TNI AU jatuh di daerah persawahan Magetan. 101 orang meninggal akibat kecelaakaan tersebut.
- 8 Juni 2009 : Helikopter latih Bolkow NBO 105 CB milik TNI Angkatan Darat (Koppasus) jatuh di daerah Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tiga orang perwira koppasus tewas.
- 12 Juni 2009 : Helikopter Puma TNI AU jatuh di sekitar Lanud Atang Sanjaya, Bogor – Jawa Barat. Ada 7 penumpang dalam helikopter tersebut. Setidaknya 2 orang tewas.
Sedih, malu dan terharu… mengapa alutsista TNI begitu rentan. Baru saja kemarin Butet berbicara didepan khalayak ramai dalam deklarasi damai Capres-Cawapres yakni Mega-Prabowo, SBY-Boediono, dan JK-Win. Semestinya para capres-cawapres yang mendengar monolog Butet tentang kerapnya pesawat/helikopter TNI jatuh menjadi malu atau menangis, bukan bermuka marah ataupun tersenyum. Bukan pula masyarakat kita berdebat tentang monolog Butet tentang “rakyat Indonesia menangis”. Seharusnya masyarakat sadar permasalahan bangsa dan memberi solusi, bukan dengan beradu opini yang jauh dari konteks.
Yang menjadi pertanyaan, masihkan “rongsokan” burung besi terus digunakan untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia? Masih tega-kah para anggota dewan terhormat, para pejabat tinggi yang duduk di kantor ber-AC meminta kenaikan gaji disisi lain anggaran TNI kering keropos? Masihkan kita membiarkan para perwira dan prajurit handal yang memperjuangkan tiap jengkal tanah menjadi cacat atau mati sebelum berperang? Sudahkah pemerintah melaksanakan pemerintahan bersih dengan memanfaatkan anggaran dengan tepat dan bebas dari korup?
Jika begini… maka tidak heran Malaysia berani membuang asap kapal perangnya di perairan Ambalat!