Gol Malaysia sebenarnya berbau kontroversial, karena dibantu wasit Mahkamah Internasional (International Court of Justice). Mengulang keberhasilan atas Pulau Sipadan dan Ligitan, Malaysia akan berusaha mencetak gol lagi. Tapi jangan berharap akan ada serangan dari Malaysia. Dia akan mencetak gol lagi melalui keputusan wasit yang bernama Mahkamah Internasional tadi. Makanya, kalau Indonesia tidak sampai kalah 2-0, jangan mau memakai wasit tadi. Hindari!
Hei … Apa hubungannya dengan 200 juta orang Indonesia dengan 2 orang Malaysia ? Ini juga sebenarnya peperangan antara hidup dan mati. Dua orang Malaysia mengobrak-abrik Indonesia, Indonesia kembali frustasi menghadapi 2 orang warga Malaysia yang bernama Dr. Azhari dan Noordin M. Top. Sampai sejauh ini baru Dr. Azhari yang berhasil ditewaskan, namun kerugian nyawa dan harta sudah tidak terhitung jumlahnya. Berapa duit untuk membentuk pasukan Densus 88 ? Berapa nyawa yang sudah tewas kena bom mereka ? Berapa bangunan yang dirontokkan ? Berapa wisatawan yang tidak jadi berkunjung ke Indonesia ?
Banyak yang bertanya-tanya mengapa warga Malaysia tadi melakukan teror di Indonesia ? Kalau sasarannya warga asing, bukankah di Malaysia juga banyak warga asing ? Mungkinkah karena di Malaysia susah mendapatkan ‘pengantin’ (istilah untuk pengebom bunuh diri) ?
Menangkap Noordin M. Top sebenarnya tidak dapat dipercayakan begitu saja kepada Tim Densus 88. Ujung tombak sebenarnya adalah warga dan Ketua RT seluruh Indonesia. Para teroris tersebut sebenarnya tidak hidup di hutan-hutan. Mereka juga hidup normal dengan warga kita. Namun mereka punya ciri-ciri yang semuanya sudah kita ketahui : anti barat, jarang bergaul, sering ada pertemuan malam-malam, dan lain-lain. Para ketua RT seharusnya jeli melihat warga di wilayahnya. Selamat bekerja pak RT.
No comments:
Post a Comment