Oleh : Yanuar Arifin
Pada bulan Juli nanti, sebuah babak baru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia akan ditentukan. Saat itulah, nasib masyarakat Indonesia selama lima tahun ke depan dipertaruhkan dalam sebuah pesta demokrasi yang disebut pemilihan presiden (pilpres). Bila dari pilpres 2009 kita berhasil menemukan sosok pemimpin yang tepat, dipastikan bangsa Indonesia akan bisa dibawa ke arah yang lebih baik. Namun sebaliknya, bila sosok yang terpilih adalah seorang pemimpin yang tidak cakap, bangsa Indonesia akan kembali terpuruk dalam berbagai krisis.
Tantangan Indonesia lima tahun ke depan tentu akan jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, seorang pemimpin ideal yang bisa mengemong bangsa Indonesia sangatlah dibutuhkan. Kita tentu tidak menginginkan periode krisis seperti halnya di masa rezim orde baru kembali terulang. Suatu periode di mana para pemimpin di negeri ini menjadi vampir yang menghisap habis darah rakyat Indonesia melalui tindakan korup yang mereka lakukan.
Bangsa Indonesia tentu tidak ingin pula sosok manusia seperti mantan presiden Soeharto kembali memimpin negeri ini dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter. Justru yang kita inginkan adalah sosok pemimpin yang ideal. Pertanyaan selanjutnya, dari ketiga calon presiden yang ada, yakni Jusuf Kalla, Megawati, dan Susilo Bambang Yudoyono, siapakah yang paling ideal untuk memimpin bangsa Indonesia pada periode 2009-2014?
Untuk itulah, dalam tulisan ini kita akan melihat kriteria seorang pemimpin yang ideal bagi bangsa Indonesia. Harapannya, dari kriteria yang akan dipaparkan, kita bisa menentukan pilihan secara cermat salah seorang di antara ketiga calon presiden yang ada.
Kriteria Presiden Ideal
Dalam buku ‘Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal’ yang ditulis pakar politik Indonesia, Syamsuddin Haris beserta pengamat politik lainnya terbitan 2009, saya menemukan sebuah pembahasan yang menarik. Dalam buku itu dipaparkan bahwa pada zaman Yunani Kuno, seorang filosoflah yang dianggap sebagai sosok pemimpin yang paling ideal. Sebagaimana dalam Republic, Plato menyatakan bahwa negara dapat direformasi cukup dengan satu persyaratan saja, meskipun hal itu tidak mudah dilakukan, yaitu bila raja atau pemimpinnya adalah seorang filosof. Karena hanya para raja yang memiliki semangat dan kekuasaan filosofis sebagaimana dimiliki oleh para ahli pikirlah, kekuasaan yang besar dapat menjadi satu dengan kearifan.
Di jaman yang lebih klasik lagi, melalui cerita-cerita rakyat dan biblikal, kualitas pemimpin yang ideal ditentukan oleh kekuatan fisik, yakni keahlian dalam perkelahian atau peperangan. Maka sosok manusia dengan kekuatan super seperti Hercules dan Samson menjadi sosok pemimpin yang diidealkan. Bila pemimpinnya adalah seorang perempuan, maka kualitas kecantikan, daya tarik seksual yang besar menjadi persyaratannya. Sosok yang demikian dulu ditemukan pada sosok perempuan seperti Cleopatra dan Ken Dedes. Mereka adalah para perempuan yang mampu membuat seorang Julius Cesar dan Ken Arok bertekuk lutut.
Sosok pemimpin ideal di jaman mutakhir tentu jauh lebih kompleks dibandingkan kriteria pemimpin di jaman klasik maupun Yunani kuno. Para pakar seperti Ordway Tead, E.S. Bogardus, Betrand Russel dan James MacGregor Burns sepakat bahwa sosok pemimpin yang ideal adalah sosok yang memiliki beberapa karakter khusus. Di antaranya adalah physical and nerve energy (kuat jiwa dan raganya), A sense of purpose and direction (mempunyai indera menentukan arah dan tujuan), Enthusiasm (antusias, bersemangat), friendliness and affection (akrab berteman dan punya rasa kasih sayang), integrity (integritas pribadi), technical mastery (ketrampilan/kemampuan teknik kepemimpinan), decisiveness (cepat dan tepat dalam mengambil keputusan), intelligence (cerdas), teaching skill (kemampuan mengajar) dan faith (dapat dipercaya). Namun karakter di atas oleh seorang pemikir mutakhir Larry Stout (2001) masih dianggap belum cukup. Oleh karena itu, ia menambahkan enam syarat kapasitas kepemimpinan (leadership capital) dan empat kondisi kepemimpinan (leadership conditions) yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin ideal agar kepemimpinannya berhasil.
Keenam persyaratan kemampuan seorang pemimpin adalah visioner, nilai-nilai keutamaan yang merupakan filosofi dari pemimpin, kearifan, keberanian, percaya diri, dan kemampuan dalam mempengaruhi orang lain. Sementara situasi yang dibutuhkan agar kepemimpinan berhasil adalah tempat yang tepat di mana pemimpin berada, kurun waktu yang tepat pada saat pemimpin merasa mendapat panggilan sebagai pemimpin, kedudukan yang dapat dipergunakan pemimpin untuk memperoleh kewenangan dan masyarakat atau pengikut yang bersedia menjadikannya sebagai seorang pemimpin.
Ideal bagi Indonesia
Dalam konteks Indonesia, kriteria di atas ternyata belumlah cukup. Pemimpin yang ideal seharusnya juga memiliki atribut sebagai berikut: pertama, mempunyai kemampuan dan kemauan mempergunakan sumber daya yang dimiliki dan bersedia menanggung resiko. Kemampuan tersebut tentu sangat penting mengingat tantangan yang tengah dihadapi pasca reformasi tidaklah kecil. Tantangan tersebut dapat terjadi dalam beberapa level: internasional, institusi domestik maupun individual. Kedua, pemimpin harus memiliki visi atau pandangan ke depan yang bisa diwujudkan. Dalam artian, visi yang digagas oleh pemimpin dapat meyakinkan publik bahwa wawasan tersebut sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat di masa mendatang. Ketiga, komitmen. Seorang pemimpin idealnya memiliki komitmen sebagai refleksi dari kesadaran dirinya bahwa sebagai seorang pemimpin ia harus secara persisiten dan konsisten dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama.
Nah, kriteria di atas tentu masih belum cukup sempurna. Maka perlu ditambahkan pula dengan kriteria ideal yang sesuai dengan kehendak konstitusi bangsa Indonesia. Artinya, kriteria ideal pemimpin Indonesia adalah seorang pemimpin yang mampu mewujudkan misi bernegara sebagaimana dikehendaki Undang-undang Dasar 1945, yaitu ia harus mampu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia. Dari sinilah kemudian, kita dapat melihat apakah ketiga calon presiden pada 2009 sudah memenuhi prasyarat di atas. Jika belum, tentunya sosok pemimpin yang ideal masih jauh dari yang kita harapkan.
Untuk itu, selain rakyat harus cermat dan cerdas dalam menentukan pilihannya pada pilpres 2009 nanti, seharusnya mulai saat ini ketiga calon presiden yang bakal bertarung sudah membekali dirinya dengan kriteria seorang pemimpin yang ideal. Harapannya tak lain adalah terpilihnya seorang pemimpin bangsa yang mampu membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun bila kriteria yang diharapkan tidak dipenuhi, layak bila kita mengatakan bahwa presiden yang ideal hanyalah sekadar mitos bagi bangsa Indonesia. (*)
TERKAIT
Pada bulan Juli nanti, sebuah babak baru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia akan ditentukan. Saat itulah, nasib masyarakat Indonesia selama lima tahun ke depan dipertaruhkan dalam sebuah pesta demokrasi yang disebut pemilihan presiden (pilpres). Bila dari pilpres 2009 kita berhasil menemukan sosok pemimpin yang tepat, dipastikan bangsa Indonesia akan bisa dibawa ke arah yang lebih baik. Namun sebaliknya, bila sosok yang terpilih adalah seorang pemimpin yang tidak cakap, bangsa Indonesia akan kembali terpuruk dalam berbagai krisis.
Tantangan Indonesia lima tahun ke depan tentu akan jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, seorang pemimpin ideal yang bisa mengemong bangsa Indonesia sangatlah dibutuhkan. Kita tentu tidak menginginkan periode krisis seperti halnya di masa rezim orde baru kembali terulang. Suatu periode di mana para pemimpin di negeri ini menjadi vampir yang menghisap habis darah rakyat Indonesia melalui tindakan korup yang mereka lakukan.
Bangsa Indonesia tentu tidak ingin pula sosok manusia seperti mantan presiden Soeharto kembali memimpin negeri ini dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter. Justru yang kita inginkan adalah sosok pemimpin yang ideal. Pertanyaan selanjutnya, dari ketiga calon presiden yang ada, yakni Jusuf Kalla, Megawati, dan Susilo Bambang Yudoyono, siapakah yang paling ideal untuk memimpin bangsa Indonesia pada periode 2009-2014?
Untuk itulah, dalam tulisan ini kita akan melihat kriteria seorang pemimpin yang ideal bagi bangsa Indonesia. Harapannya, dari kriteria yang akan dipaparkan, kita bisa menentukan pilihan secara cermat salah seorang di antara ketiga calon presiden yang ada.
Kriteria Presiden Ideal
Dalam buku ‘Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal’ yang ditulis pakar politik Indonesia, Syamsuddin Haris beserta pengamat politik lainnya terbitan 2009, saya menemukan sebuah pembahasan yang menarik. Dalam buku itu dipaparkan bahwa pada zaman Yunani Kuno, seorang filosoflah yang dianggap sebagai sosok pemimpin yang paling ideal. Sebagaimana dalam Republic, Plato menyatakan bahwa negara dapat direformasi cukup dengan satu persyaratan saja, meskipun hal itu tidak mudah dilakukan, yaitu bila raja atau pemimpinnya adalah seorang filosof. Karena hanya para raja yang memiliki semangat dan kekuasaan filosofis sebagaimana dimiliki oleh para ahli pikirlah, kekuasaan yang besar dapat menjadi satu dengan kearifan.
Di jaman yang lebih klasik lagi, melalui cerita-cerita rakyat dan biblikal, kualitas pemimpin yang ideal ditentukan oleh kekuatan fisik, yakni keahlian dalam perkelahian atau peperangan. Maka sosok manusia dengan kekuatan super seperti Hercules dan Samson menjadi sosok pemimpin yang diidealkan. Bila pemimpinnya adalah seorang perempuan, maka kualitas kecantikan, daya tarik seksual yang besar menjadi persyaratannya. Sosok yang demikian dulu ditemukan pada sosok perempuan seperti Cleopatra dan Ken Dedes. Mereka adalah para perempuan yang mampu membuat seorang Julius Cesar dan Ken Arok bertekuk lutut.
Sosok pemimpin ideal di jaman mutakhir tentu jauh lebih kompleks dibandingkan kriteria pemimpin di jaman klasik maupun Yunani kuno. Para pakar seperti Ordway Tead, E.S. Bogardus, Betrand Russel dan James MacGregor Burns sepakat bahwa sosok pemimpin yang ideal adalah sosok yang memiliki beberapa karakter khusus. Di antaranya adalah physical and nerve energy (kuat jiwa dan raganya), A sense of purpose and direction (mempunyai indera menentukan arah dan tujuan), Enthusiasm (antusias, bersemangat), friendliness and affection (akrab berteman dan punya rasa kasih sayang), integrity (integritas pribadi), technical mastery (ketrampilan/kemampuan teknik kepemimpinan), decisiveness (cepat dan tepat dalam mengambil keputusan), intelligence (cerdas), teaching skill (kemampuan mengajar) dan faith (dapat dipercaya). Namun karakter di atas oleh seorang pemikir mutakhir Larry Stout (2001) masih dianggap belum cukup. Oleh karena itu, ia menambahkan enam syarat kapasitas kepemimpinan (leadership capital) dan empat kondisi kepemimpinan (leadership conditions) yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin ideal agar kepemimpinannya berhasil.
Keenam persyaratan kemampuan seorang pemimpin adalah visioner, nilai-nilai keutamaan yang merupakan filosofi dari pemimpin, kearifan, keberanian, percaya diri, dan kemampuan dalam mempengaruhi orang lain. Sementara situasi yang dibutuhkan agar kepemimpinan berhasil adalah tempat yang tepat di mana pemimpin berada, kurun waktu yang tepat pada saat pemimpin merasa mendapat panggilan sebagai pemimpin, kedudukan yang dapat dipergunakan pemimpin untuk memperoleh kewenangan dan masyarakat atau pengikut yang bersedia menjadikannya sebagai seorang pemimpin.
Ideal bagi Indonesia
Dalam konteks Indonesia, kriteria di atas ternyata belumlah cukup. Pemimpin yang ideal seharusnya juga memiliki atribut sebagai berikut: pertama, mempunyai kemampuan dan kemauan mempergunakan sumber daya yang dimiliki dan bersedia menanggung resiko. Kemampuan tersebut tentu sangat penting mengingat tantangan yang tengah dihadapi pasca reformasi tidaklah kecil. Tantangan tersebut dapat terjadi dalam beberapa level: internasional, institusi domestik maupun individual. Kedua, pemimpin harus memiliki visi atau pandangan ke depan yang bisa diwujudkan. Dalam artian, visi yang digagas oleh pemimpin dapat meyakinkan publik bahwa wawasan tersebut sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat di masa mendatang. Ketiga, komitmen. Seorang pemimpin idealnya memiliki komitmen sebagai refleksi dari kesadaran dirinya bahwa sebagai seorang pemimpin ia harus secara persisiten dan konsisten dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama.
Nah, kriteria di atas tentu masih belum cukup sempurna. Maka perlu ditambahkan pula dengan kriteria ideal yang sesuai dengan kehendak konstitusi bangsa Indonesia. Artinya, kriteria ideal pemimpin Indonesia adalah seorang pemimpin yang mampu mewujudkan misi bernegara sebagaimana dikehendaki Undang-undang Dasar 1945, yaitu ia harus mampu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia. Dari sinilah kemudian, kita dapat melihat apakah ketiga calon presiden pada 2009 sudah memenuhi prasyarat di atas. Jika belum, tentunya sosok pemimpin yang ideal masih jauh dari yang kita harapkan.
Untuk itu, selain rakyat harus cermat dan cerdas dalam menentukan pilihannya pada pilpres 2009 nanti, seharusnya mulai saat ini ketiga calon presiden yang bakal bertarung sudah membekali dirinya dengan kriteria seorang pemimpin yang ideal. Harapannya tak lain adalah terpilihnya seorang pemimpin bangsa yang mampu membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun bila kriteria yang diharapkan tidak dipenuhi, layak bila kita mengatakan bahwa presiden yang ideal hanyalah sekadar mitos bagi bangsa Indonesia. (*)
TERKAIT
No comments:
Post a Comment