Wimar Live
30 June 2009
Episode ke-10 Wimar Live di Metro TV yang direkam tadi siang (Selasa, 30 Juni 2009) tidak jadi ditayangkan. Kenapa? Tidak tahu, tapi anda bisa baca sendiri transkripnya disini, dengan tamu Rizal Mallarangeng dari tim sukses SBY-Boediono antara lain menanggapi isu SARA antara Boediono dan Jusuf Kalla, dan memperjelas posisi SBY-Boediono dalam prinsip pluralisme dan pelanggaran HAM.
Transkrip oleh Didiet Adiputro
Segmen 1
Wimar Witoelar (WW): Selamat Sore! Ini 'Wimar Live', dan tanpa terasa beberapa hari lagi kita akan melaksanakan pemilihan presiden. Hanya dua pesan kalau boleh saya kasih pesan. Satu, gunakan hak pilih. Dua, yang kalah jangan ribut dan yang menang jangan sombong. Tamu saya kali ini Rizal Mallarangeng, dia akan bertanggung jawab terhadap kemenangan dan kekalahan ticket nomor dua. Ya saya belum sempat didatangi ticket nomer satu dan tiga jadi nomer dua dulu. Nomer dua ini akhir-akhir ini paling banyak publicitiy-nya dalam bentuk diserang dan dipertanyakan, termasuk anda sendiri bung Rizal, soal selebaran. So, gimana nih saya kasih equal time, gimana respon anda? Katanya anda yang menyebarkan selebaran mengenai agama tersebut.
Rizal Mallarangeng (RM): Sebenarnya keliru kalau kita yang dianggap menyebarkan. Kebetulan pada waktu itu staf saya sedang menonton televisi, berita siang di TV ONE kemudian saya ditelfon. ”Pak, ini di TV muncul kelihatan ada orang menyebarkan isu yang berbau SARA terhadap Ibu Boediono”, bahwa disitu kan ditulis. Kemudian telfon ke staf monitoring, TV kan kita monitor semua, setiap detik kita lihat namanya. Saya bilang “Minta rekamannya segera”, waktu itu saya ada acara dan kemudian saya ke kantor untuk melihat rekamannya. Saya lihat di rekamannya betul, di sebuah kampanye Bapak Jusuf Kalla sebagai kandidat bukan sebagai wakil presiden tapi sebagai kandidat. Di ruangan itu secara fisik ada yang membagi–bagi, kelihatan sekali ada yang bagi- bagi kertas coklat panjang dan dalam kantong plastic. Saya lihat orang ini bebas betul, orang membaca itu dan dia membagi. Disitu kan jelas sekali dalam ruang tertutup. Kemudian saya berpikir apakah mungkin orang ini dibiarkan begitu saja? Kalau anda masuk ruang tertutup tempat wakil presiden berbicara pasti ada pemeriksaan, apalagi ini kampanye pasti timnya juga ikut memeriksa. Tapi kok dibiarkan, makanya saya kemudian bilang waktu itu saya buat konferensi pers bahwa saya ingin mempertanyakan hal ini meminta kejelasan dari Pak Jusuf Kalla sendiri, karena itulah kampanye beliau. Saya tau dan saya berniat baik, saya mengenal Pak Jusuf Kalla rasanya beliau bukan orang seperti itu, tapi mungkin ada stafnya yang keliru, mungkin juga ada orang yang sengaja membiarkan penggunaan isu-isu SARA itu di dalam kampanye yang sah. Apa sih salahnya orang beragma Katolik? Bahwa faktanya Ibu Boediono, ini fakta saja bahwa dia seorang Muslim yang taat, tapi toh kalau seorang Katolik, seorang Budha, seorang Hindu mereka kan sudara-saudara kita juga. Ngapain digunakan isu itu? Tabloid combrengan, tabloid kuning.
WW: Hati–hati nanti dimarahi lagi lho.
RM: Nggak papa saya siap kok, saya siap disomasi lagi. Memang ini combrengan. Tetapi masyarakat punya tempat sampah, kita tidak perlu lah repot sama tempat sampah, tapi kalau tempat sampah ini masuk ke ruang kampanye seorang wakil presiden, makanya saya sebagai warga negara jangan lupa Pak Jusuf Kalla kan wakil presiden saya, wakil presiden kita. Saya boleh dong berkata pada pak Jusuf Kalla, pak jadilah teladan, katakan siapa yang salah di situ, siapa yang membiarkan isu SARA itu berkembang yang tidak benar, yang merupakan tindak pidana. Cuma disini saya Cuma minta Pak Kalla menjelaskan dan kalau memang ada meminta maaf. Meminta maaf bahwa ini bukan kesalahan saya tapi saya bertanggung jawab dan saya larang anak buah saya untuk melakukan hal serupa di masa depan, karena ini tidak baik untuk bangsa kita.
WW: Dan mudah–mudahan isu itu lewat karena tidak produktif ya, semua juga tidak ada niat buruk dan sekali lagi menjadi Katolik itu tidak ada salahnya. Cuma kalau memang bukan kenapa dibilang begitu. Hal lain yang banyak dibicarakan adalah poll yang mengatakan SBY–JK itu akan menang itu bayaran, yang tidak bayaran malahan menunjukan kalau dia itu merosot dalam poll. Apa reaksi anda terhadap itu?
RM: Sebelum itu saya ingin menanggapi, tadi mas Wimar kan bilang bahwa saya bertanggung jawab untuk memenangkan calon nomer dua. Sebenarnya ini kerja tim mas, ini terutama bahwa poll-nya itu tinggi saya tidak komentari , bahwa kalau toh itu tinggi kreditnya kepada presiden sendiri yang begitu bagus, begitu santun dan begitu sincere membangun Indonesia, dan juga kepada Pak Boediono yang mendampingi beliau. Banyak orang yang menyangka semula bahwa ini orang tidak ngerti apa-apa tapi ngertinya cuma ekonomi saja, ternyata beliau bisa bicara mengenai jatidiri bangsa, soal kebudayaan, soal persatuan Indonesia dengan begitu baik jadi saya kira itu sebabnya.
WW: Ya, tapi orang bilang menurut anda itu Boediono oke, orang lain lihat dia sekarang sebagai pahlawannya neolib bahkan berani menyalahi keinginan wakil presiden untuk membiayai program listrik untuk rakyat
RM: Kalau Pak Boediono ini kan, Pak Kalla mengatakan bahwa beliau menggebrak meja lah, begini begitu, itu kan keliru sebenarnya.
WW: Dia tidak gebrak meja?
RM: Mungkin dia gebrak meja, tapi kita tidak tahu. Tapi kan intinya waktu itu Pak Boediono sebagai Menko Perekonomian ingin memastikan setiap sen, karena beliau kan bertanggung jawab bersama menteri keuangan. “ini kan uang rakyat jangan macam-macam”. Jadi kalau keluar uang rakyat bukan untuk kepentingan siapapun kecuali kepentingan rakyat. Bukan untuk kepentingan kelompoknya sendiri, atau pengusaha keluarganya atau jaringan teman-temannya yang ada banyak di Indonesia atau di luar negeri. Kalau beliau berkata kita harus cermat dalam mempelajari apa sih yang mau dikeluarkan?, siapa yang diuntungkan? Itu kan tugas beliau, apakah ada yang gebrak meja atau tidak , Presiden sudah berkata kalau beliau jangan pernah..... menteri-menteri ini kan pembantu presiden bukan pembantu wakil presiden.
WW: Wakil presiden juga membantu presiden.
RM: Jadi inilah etika pemerintahan yang sebenarnya kita sama-sama harus jaga. Tidak baik apa yang ada di dalam kabinet sebagai sebuah tim kemudian dipertengkarkan. Ini kan sangat over
WW: Memamerkan cucian kotor di depan tetangga
RM: Dengan segala hormat pada Pak Kalla, mungkin niatnya baik tapi alangkah baiknya jika kampanye ini... saya sendiri kan tidak pernah mengkritik kalau tidak merespon sesuatu.
WW: Dan saya juga tidak pernah memotong orang kecuali break.
Segmen 2
WW: Jawaban Rizal Mallarangeng terhadap pertanyaan saya terhadap SBY untuk orang yang tidak mendukungnya tidak kredibel, karena dia juru bicara. Tapi saya akan tanya saja pertanyaan yang membuat orang gemes. Apa mungkin SBY mendukung pluralisme? Kenyataannya dibiarkan sekian perda bernafaskan syariah, Ahmadiyah tidak dibela secara tuntas, UU Pornografi dibiarkan, pokoknya banyak sekali hal-hal yang dibiarkan berlalu yang menjauhkan Indonesia dari pluralisme. Bagaimana record SBY dalam pluralisme. Apakah nanti akan lebih baik atau tidak?
RM: Pertanyaan ini memang bagus sekali. Ini seorang Larry King of Indonesia. Memang seorang Presiden kan, beliau ini berdiri ditengah berbagai arusnya Indonesia. Indonesia ini kan plural, begitu bhinneka, banyak hal yang di dalam masyarakat ini saling berbeda. Tugas Presiden adalah mewakili begitu banyak cabang-cabang sungai yang menjadi sungai besar bernama Indonesia. Kadang-kadang beliau harus mengambil kebijakan, dimana beliau harus melihat bahwa prinsipnya kita harus toleran, prinsipnya kita harus saling menghargai. Tapi satu kebijakan harus dikeluarkan untuk sementara. Agar apa prioritas pertama? Kita stabil, kita saling menghargai, yang berikutnya kita susun. Tetapi memang beberapa kasus yang sudah lewat, itu beberapa kaum minoritas berkata bahwa “aduh kita mungkin agak ragu”. Tapi percayalah bahwa Pak SBY dan Pak Boediono, dua-duanya anak orang biasa itu sangat memahami bahwa Indonesia ini kekuatannya justru karena keberagamannya. Bukan kelemahan kita beragam, kita begitu banyak suku, begitu banyak bahasa tapi justru kuat. Nah, inilah kadang-kadang dalam kebijakan konkret seorang pemimpin berhadapan dengan dilemma. Politik itu kan taktik, tetapi strategi kedepan semakin plural, semakin demokratis, semakin terbuka dan semakin sejahtera saya kira itu tujuannya.
WW: Asal jangan terlalu sering aja berpolitik nanti terus belak–belok
RM: Jadi ini tugas kita-kita semua lah, tugas mas Wimar, tugas saya sebagai sahabat-sahabat untuk mengingatkan ”Pak, memang politik ini kadang-kadang tidak langsung garis lurus tapi ada koridornya”. Bapak-bapak yang memegang kekuasaan, siapapun bisa Pak Jusuf Kalla, Ibu Megawati , Pak SBY , mereka orang–orang yang terhormat tapi kita beritahu kepada mereka. Saya tim kampanye tapi saya tidak segan- segan untuk mengingatkan nanti misalnya insya allah terpilih bahwa, bapak ini ada koridor saya tahu bahwa politik tidak simple tapi ada koridor yang saya kira kita semua sepakat supaya Indonesia menuju arah yang semakin baik dan semakin baik.
WW: Sebagai pemain tennis anda mungkin tahu bagaimana orang main set kesatu, set kedua, set ketiga ya. Kalau set kesatu, dan kedua masih bisa tentatif, set ketiga pointnya harus jelas. Jadi apa yang harus diperjelas mengenai point pluralisme disini dan juga keberpihakan pada rakyat. Sebab banyak yang bilang memang berbau Neolib maupun istilahnya saya tidak ngerti.
RM: Neolib itu neoliberalisme. Ini sebuah istilah dari perkembangan Amerika sebenarnya dimana partai Republikan ada cabang-cabangnya dan yang paling kanan yang paling libertarian itu disebut Neolib. Indonesia kan tidak mungkin Neolib, BUMN kita adalah konglomerasi terbesar ekonomi Indonesia, peran pemerintah sangat aktif, ada kebijakan-keijakan pro rakyat dalam 5 tahun yang amat sangat meningkat. Jangan lupa anggaran kita yang terbesar untuk pendidikan, kedua kesehatan dan pertahanan. Kalau Neolib kan semuanya sangat minimal. Itu kan fakta saja, itu tuduhan yang dipakai untuk menyederhanakan masalah. Orang tidak mau berdebat.
WW: Kalau Neolib maka peran negara kan minim ya?
RM: Bukan cuma minim, tapi secara filosofis dihilangkan meskipun secara praktis pasti ada. Tetapi kita kan tidak mungkin pernah hilang , di dalam konstitusi pasti ada. Bahkan seorang Pak Boediono 20 tahun lalu menulis buku bersama Pak Mubyarto berjudul Ekonomi Pancasila.
WW: Jadi tidak kurang kerakyatannya ya
RM: Dan buku itu kita terbitkan lagi.
WW: Orang lain 20 tahun lalu mungkin belum baca buku ekonomi ya?
RM: Belum pikir soal kerakyatan, tiba-tiba ngomomg tentang kerakyatan.
WW: Oke mungkin sekarang kesabaran pak SBY itu terpuji. Tapi buat saya dan kawan-kawan itu terkadang gemes. Kita ingin tahu tanggapannya terhadap statement bahwa dia itu tidak bisa kerja, tidak bisa memutuskan, tidak bisa ngapa-ngapain, sementara yang mengerjakan yang bagus-bagus, yang tegas, yang cepat itu orang lain. Sekarang kalau orang lainnya tidak ada di samping dia bagaimana?
RM: Memang pak SBY kan tidak suka menonjol-nonjolkan. Misalnya kasus Aceh. Pertama-tama kan Pak Kalla mengklaim bahwa kasus Aceh beliau yang atur. Pertama-tama kan harus dikatakan bahwa perdamaian Aceh adalah jasa dari rakyat Aceh. Merekalah yang pertama-tama paling menderita, paling menanti berharap dan berupaya kalau itu mungkin, rakyat yang menerima dengan tangan terbuka ,iu pertama. Yang kedua kalau peran Pak Kalla cukup baik di dalam perundingan Helsinki. Perundingan Helsinki ini kan sebuah elemen dalam strategi besar yang ditetapkan oleh presiden. Bahwa ini begini, pak Kalla harus begini begitu, saya harus kontrol, saya harus cek tapi you do it (kata presiden). Pak Kalla itu instrumennya Presiden, kadang-kadang memang mungkin bukan Pak Kalla tapi mungkin timnya pak Kalla seolah membalik, seolah-olah Pak Kalla Presidennya yang mengatur semua. Padahal beliau berada di dalam sebuah strategi besar dimana komandan tertingginya namanya Presiden Republik Indonesia. Memang Presiden kita bukan orang yang suka, apalagi menggebrak meja. Beliau sangat santun dan megakui juga kalau Pak Kalla kawan yang baik, wakil presiden yang juga memerankan diberikan peran, belum pernah seorang presiden memberikan ini.
WW: Iya tiba-tiba seperti MU yang punya Wayne Rooney yang sedikit galak bisa bikin goal.
RM: Kalau kita lihat dari Amerika. Wakil Presiden yang paling efektif kan Dick Cheney dibawah George W Bush, tapi dia kan tidak pernah ngomong. Kalau banyak ngomong pasti tidak efektif.
WW: Bagaimana perasaan Presiden di tembak-tembak gitu, atau anda apakah ada keinginan untuk satu saat saya akan jelaskan atau biarkan badai berlalu.
RM: Kita sabar kecuali menyangkut prinsip dasar bernegara. Seperti isu SARA, kenapa saya ngomong keras dalam hal ini? Karena isu SARA merendahkan teman-teman yang beragama Katolik atau Islam sendiri dalam kampanye resmi. Dia mengikis rasa kebanggaan kita menjadi fondasi Indonesia. Kalau itu disentuh, kita semua bersuara lantang. Tetapi mudah-mudahan hal ini tidak terlalu lama. Sebenarnya yang mengikat kita sebagai bangsa apa sih sebenarnya?
WW: Ya jelas itu tidak boleh main-main dan itu harus kita ingat, sementara kita harus break dulu untuk kembali dengan Rizal Mallarangeng dan kembali di Wimar Live.
Segmen 3
WW: Isu yang sedikit dibicarakan adalah isu pelanggaran HAM, walaupun dibicarakan sangat teoritis dan sangat abstrak. Padahal itu concern kita, bagaimana concern kita sekarang bisa punya negara yang tidak korup dan tidak melanggar HAM. Tapi pelanggaran HAM itu nyata, sebab di antara kandidat ada orang yang diperkirakan punya keterlibatan. Terus orang akan bilang, siapa? Ya, you tahu sendiri! SBY juga dong karena dia tentara dan sebagainya. jadi apa bedanya SBY dengan jenderal-jenderal lain?
RM: Tapi kan ada pelaku langsung yang kita lihat misalnya apa yang terjadi dengan pak Prabowo. Kita kan harus dalam hal ini harus berterus terang, mungkin kita tidak sepenuhnya benar, tapi saya kira pak Prabowo owes us an explanation. Jadi misalnya Pak Prabowo pernah diberhentikan oleh Pak Wiranto lagi, karena kita semua tahu penculikan mahasiswa. Ada beberapa orang, masih ada yang belum ditemukan sampai sekarang. Ini kan hidup orang, satu orang saja manusia Indonesia kita harus hargai. Apalagi beberapa orang. Pak Prabowo ini diberhentikan dari militer karirnya yang semula cemerlang karena ini. jadi kalau saya pernah baca bahwa itu demi bangsa atau apa. Saya tidak tahu, mana ada pendculikan demi bangsa? Jadi kita harus menjelaskan pada masyarakat, kalau mau pilih silahkan tapi kita harus beri complete information, bahwa si tokoh ini Jenderal Prabowo pernah diberhentikan dari militer karena kasus penculikan mahasiswa dan tokoh-tokoh aktivis. Kalau masyarakat masih mau memilih ya silahkan bahwa tugas kita memberi tahu bahwa Pak Prabowo misalnya yang mengatakan ekonomi kerakyatan lebih baik uangnya untuk beriklan tentang nelayan, tentang buruh, tentang macam-macam ketimbang langsung membantu. Ini kan menggunakan nelayan, menggunakan petani untuk kepentingan politiknya saja. Tergantung rakyat apakah kalau tetap mau memilih orang yang seperti ini.
WW: Tapi kalau anda sebagai pihak yang ada di depan menunjukan kesalahan-kesalahan saingan tidak takut kalau dia kalah nanti ngamuk?
RM: Saya tidak punya ketakutan apapun kalau membela sebuah prinsip yang benar bagi Indonesia pak Wimar. Saya dari kecil ayah saya sudah meninggal, ayah saya meninggal ini dalam pekerjaannya, dalam baktinya sebagai walikota Pare-Pare. Usianya sangat muda 36 tahun.jadi saya dalam hidup saya selalu dikatakan oleh ibu saya, bahwa kalau kamu benar kamu tidak boleh takut pada apapun. Jadi saya anggap dengan bertanya ke Pak Prabowo, pada Pak Wiranto juga. Pada saat beliau Pangab kan Indonesia kacaunya minta ampun.
WW: Sekarang beralih ke Pak Wiranto. Pak Wiranto kelihatannya orangnya baik-baik sekali, lembut , banyak nyanyi, dsb.
RM: Kalau kita lihat track recordnya jangan sembunyikan bahwa ketika beliau menjadi Pangab, Indonesia ini hancur-hancuran keamanannya.
WW: Kan dia bilang hanya disuruh Presiden sebagai pelaksana yang baik.
RM: Itu kata dia, Presiden kan sudah meninggal masa kita ungkat – ungkit siapa yang tahu lagi? Tetapi fakta bahwa dia bertanggung jawab pada keamanan, dia Pangab lo,Pangab! Jakarta ricuh, Timor timur berdarah, segala macam berdarah. Kalau Pak Wiranto sebagai Pangab gagal kok mau jadi wakil Presiden. Kenapa tidak, mengalah saja pada generasi yang lebih muda, saya berbaikti pada negara, saya berkorban, nggak mau jadi wapres, saya nggak mau jadi tokoh politik, silahkan saya dukung dari belakang , saya tahu saya pernah keliru dalam memimpin Indonesia. Kan kita justru sayang pada Pak Wiranto kalau dia mengatakan itu. Tapi sekarang semua record itu ditutup, seolah –olah waktu beliau Pangab dia gilang gemilang. Padahal Indonesia sangat tidak aman, dia penanggung jawab tertinggi keamanan.
WW: Kalau cawapres yang satu Boediono tidak terlibat pelanggaran HAM?
RM: Tidak ada satupun, Pak Boediono ini dalam track recordnya dari bawah, dari anak yang sederhana. Saya bertemu gurunya di Blitar
WW: Yang Muhamadiyah itu?
RM: Ada yang Muhamadiyah ada yang SMAN Blitar. Saya tanya, dia bilang ”Mas, sejak dulu Pak Boediono tidak pernah neko-neko, orang tuanya sangat amat sederhana, sampai tidak punya tas Pak Boediono ke sekolah”. Bukunya itu dikelempit di kantongnya, tapi saya tanya ” Eh, nilainya berapa?” dulu 9 terus.
WW: Kalau pinter barangkali Neolib barangkali, karena bisa berkomunikasi dengan orang yang bodoh gitu. Sekarang orang pinter biasanya dicap neolib kan?
RM: Pak Boediono ini saya sering menggoda, Pak Boediono ini kalau pinter mungkin banyak orang yang sama pinter ,tapi Pak Boediono lebih beruntung.You can’t beat the lucky guy.
WW: Pak Rizal, Indonesia ini milik orang pintar dan orang bodoh juga ya, jadi jika nanti yang dikalahkan termasuk orang bodoh juga, bagaimana merangkul mereka agar mau tetap menjadi bagian dari mosaik yang bernama Indonesia.
RM: Ini kan sebenarnya bukan kalah dan menang. Pasti saya kalau diberi kesempatan akan datang ke Pak Kalla untuk beri selamat, saya akan datang ke Pak Wiranto untuk memberi selamat, saya akan datang kepada ibu Mega untuk beri selamat, saya bahkan akan datang ke Pak Prabowo untuk beri selamat. They did a good job di dalam usaha masing-masing. Kita tidak boleh tidak jujur kepada masyarakat, apa yang terjadi di masa lampau adalah basis kita kedepan. Kalau Prabowo bisnya menutup-nutupi pernah terlibat dalam sebuah kasus yang melanggar HAM. Atau dianggap terlibat, itu kan kebohongan publik.
WW: Saya kira mereka Pak Wiranto, Pak Prabowo bisa mengakhiri suatu masa dalam hidupnya dengan baik. Karena dia menunjukan sportifitas dan masyaraktat menilai dan mereka tetap menjadi warga Indonesia yang baik.
RM: Saya waktu kecil kan olahragawan. Kalau olahragawan itu prinsipnya satu, kalau bertarung sejauh-jauhnya, sekuat-kuatnya begitu selesai salaman.
WW: Tapi ada juga pemain tennis yang kalau kalah banting raket. Apa anda yakin walau bagaimana pun Pilpres ini akan berahir dengan damai, tidak seperti di Iran dsb.
RM: 5 tahun lalu banyak orang menganggap, itu kan pemilu presiden langsung, banyak orang menganggap kalau Indonesia akan kacau, ternyata tidak. Dan majalah Economist cover storynya ”Indonesia Shining”. Saya kira sekali lagi Indonesia akan menjadi contoh bagi banyak negara yang lain, tetangga kita kan banyak yang demokratis kemudian jadi kacau. Kita akan menjadi contoh buat mereka, dan begitu banyak negara lain bahwa Indonesia adalah sangat besar, sangat plural tapi kita bisa maju dan lebih baik lagi dalam demokrasi.
WW: Karena dulu kacau sekarang jadi damai. Pandangan anda terhadap perlakuan media diluar Metro TV ya, terhadap kampanye ini, apakah itu lebih banyak positifnya?
RM: Media kita sedang belajar menggunakan kebebasan mereka, sehingga kita respek terhadap posisi masing-masing media. Kebebasan pers yang netral sepenuhnya itu kan sebuah ilusi, orang boleh berpihak. Semua wartawan manusia biasa. Tetapi kita berikan kesempatan yang sama pada piihak yang lain.
WW: Oke. Terimakasih, dan hanya dua hal. Yang pertama, jangan lupa memilih, yang kedua yang kalah jangan ribut. Wimar Live.
No comments:
Post a Comment